Tuesday, August 12, 2014

LIFE TO RIDE , RIDE TO DIE

Custom culture sebenarnya sudah tumbuh berkembang di tanah air sejak lama. Salah satu buktinya
dapat dilihat di 2 cover majalah Aktuil terbitan early 70′s. Satu cover menampilkan Alm. Gito Rollies posing gracefully on a 70′s styleYamaha XS650 chopper dan satu cover lagi menampilkan “couple of girls on a proper Volkswagen Buggy”. Gue yakin kalo para “pemain” lama bongkar-bongkar koleksi foto jadul mereka masih banyak bukti tentang skena custom cult di Indonesia masa lalu. Skena di Indonesia bisa dibilang salah satu yang sudah cukup maju di wilayah Asia Tenggara. Perkembangannya dari masa ke masa cukup sehat untuk ukuran negara yang berlokasi ribuan kilometer dari negara asal muasal budaya modifikasi motor.
Lawless_SEAUnite_Indonesia_3
During the 80′s period, custom scene in Indonesia wasn’t really big. Sepengetahuan gue dari ngobrol dengan “orang lama”, di era 80-an orang lebih banyak yang bermain di ranah restorasi. Makin “srinilan” (orisinilan), makin oke. Sampai dengan era akhir 80-an masuk ke awal 90-an, mulailah custom cult di Indonesia berkembang cukup pesat. Mulai banyak pehobi motor yang meng-custom motornya baik sesuai selera individual maupun referensi dari majalah terbitan luar yang cukup sulit didapat (salah satu caranya adalah beli yang baru di toko buku internasional atau beli bekas di pasar loak). Komunitas motor yang beranggotakan pecinta modifikasi motor mulai banyak lahir di era akhir 80an-awal 90an ini, antara lain Bikers Brotherhood MC yang baru saja ultah ke 25, MMC Outsiders dari Bandung, dan Blind Eagle dari Jakarta. Kalo dari ujung timur pulau Jawa, di Surabaya ada club motor Pemudis yang bahkan sudah ada sejak taun 1982.
Lawless_SEAUnite_Indonesia_4
Memang tidak semua anggotanya naik motor custom. Banyak juga anggotanya yang mengendarai motor orisinilan yang tidak kalah keren dari motor custom. Berangkat dari kondisi serba terbatas, para pecinta kultur roda dua di Indonesia dipaksa untuk kreatif. Berbekal bahan motor lansiran tua yang kondisinya parah dan terbatasnya akses untuk parts orisinal pada saat itu, tidak ada pilihan lain selain memodifikasi motor yang ada agar terlihat keren dan yang paling penting bisa dipakai riding. Para pelaku custom cult pada era itu mulai banyak yg belajar “how to customize their ride” secara otodidak, berbekal referensi dari majalah dalam dan luar negeri. Mulai dari sekedar bikin body parts, bikin frame custom sampai dengan teknik kanibal parts dari motor lain, bahkan dari parts mobil, banyak dilakukan oleh pecinta roda dua di era itu. Untuk pemain kelas berat, di sekitar mid 90′s mulai banyak yang beli motor custom bikinan builder ngetop dunia di era itu. Bahkan menurut cerita-cerita yang gue dapet, ada beberapa yang sengaja dateng ke event-event custom bike show di Amerika untuk membeli dan memboyong motor pemenang kontes tersebut ke Indonesia.
Lawless_SEAUnite_Indonesia_5
Selanjutnya di era 90-an sampai 2000-an, klub-klub motor yang berbasis brand tertentu dan klub yang lebih heterogen sifatnya juga mulai berkembang pesat di era ini, contohnya antara lain Chopper Baztard MC, Black Angels MC, Harley Davidson Club Indonesia (HDCI), Ikatan Sport Harley Davidson (ISHD), BMW Club Indonesia, Ikatan Motor Besar Indonesia (IMBI), Motor Antique Club Indonesia (MACI), dan lainnya. Beberapa yang disebut diatas bahkan mungkin sudah ada sejak era 70-an atau 80-an, tetapi mungkin sempat “mati suri”. Untuk club luar sih belom banyak yang masuk di Indonesia, tapi tetap ada. Yang mungkin masih cukup segar di ingatan adalah “the fat mexican” alias Bandidos MC yang sempat mendapat penolakan keras dari club-club lokal. Penolakan ini berkaitan dengan concernclub lokal tentang latar belakang Bandidos MC sebagai salah satu outlaw MC di dunia yang berkecimpung di bisnis-bisnis ilegal sebagai sumber dana mereka. Dikhawatirkan dengan adanya Bandidos MC di Indonesia, bisa menjadi perpanjangan tangan bisnis ilegal mereka, walaupun menurut gue gak akan segampang itu juga sih. Paling mentok mereka bisa money laundry di Indonesia, kalo untuk bisnis-bisnis kayak drug trafficking atau senjata agak sulit. Hal ini lebih karena anggota-anggota Bandidos di Indonesia bukan tipikal outlaw bikers yang kerjaannya keluar masuk penjara. Ada juga club dari Belanda, Satudarah MC. Satudarah sudah resmi membuka chapter Indonesia. Uniknya di negara asalnya, Belanda, banyak anggota Satudarah MC yang keturunan Maluku. Mungkin faktor keterikatan asal muasal inilah yang membuat Satudarah masuk dan lebih mudah diterima di skena lokal. Sementara di Bali, sudah ada salah satu club outlaw dari Australia yang buka cabang disana yaitu Rebels MC. Gosipnya sih Comanchero MC juga udah mulai cek-cek ombak di sini, tapi itu sih masih sekedar asumsi aja.
Lawless_SEAUnite_Indonesia_7
Ya udah lah yee… Ntar gue bikin artikel terpisah aja tentang per-MC-an di Indonesia, panjang kalo diterusin. Kalo dari segi industrinya pun mulai berkembang, walaupun masih berskala home industry. Banyak produsen merchandise bertema motor dan pengrajin kulit (leather gear sangat populer di fashion culture roda dua), seniman cat/airbrush mulai bermunculan, pengrajin parts, dan builder-builder lokal mulai bermunculan juga di era ini. Jadi bisa dibilang di era late 80′s sampai saat ini custom culture di Indonesia sudah berkembang pesat, termasuk di berbagai sektor pendukungnya. Sampai saat ini custom culture di Indonesia bisa dibilang paling megang di Asia Tenggara selain Thailand, bahkan tidak sedikit builder lokal yang mulai medapat orderan dari pelanggan dari negara-negara seputaran Indonesia, seperti dari Malaysia contohnya.
—DI POSTING TANGGAL:13/8/2014 AT:14:00

No comments:

Post a Comment